Proses analisis keputusan
membutuhkan adanya kriteria sebelum memutuskan pilihan dari berbagai alternatif
yang ada. Kriteria menunjukkan definisi masalah dalam bentuk yang konkret dan
kadang-kadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai. Analisis atas
kriteria penilaian dilakukan untuk memperoleh seperangkat standar pengukuran,
untuk kemudian dijadikan sebagai alat dalam membandingkan berbagai alternatif.
Sementara itu, terkait dengan metode pengambilan keputusan yang
digunakan, dikenal dengan nama MCDM. Multi criteria decision making (MCDM)
adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik
dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria
biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam
pengambilan keputusan (Kahraman;Springer). Berdasarkan tujuannya, MCDM dapat
dibagi dua model: Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi
Objective Decision Making (MODM).
Dalam perkembangannya,
terdapat beberapa teknik dalam memilih keputusan atau alternatif, yaitu:
a. Metode
AHP (Analytical Hierarchy Process)
merupakan sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam
kelompok-kelompok kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki (Saaty, 1998). AHP dapat menata
bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik
pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode
AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria dan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan
kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat (Saaty, 1994). Menurut Saaty, ada beberapa prinsip dalam
memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decompostion), prinsip
menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip
konsistensi logis (Logical Consistensy).
b. MetodeANP (Analytical Network Process)merupakan pengembangan dari metode AHP. ANP mengijinkan adanya interaksi dan
umpan balik dari elemen-elemen dalam cluster (inner dependence) dan
antar cluster (outer dependence) (Saaty,1996). Untuk selanjutnya terkait
metode ANP ini, akan menjadi bahasan utama tulisan ini.
c. Metode
PROMETHEE (Preference Ranking
Organization Method for Enrichment Evaluation) merupakan suatu metode
penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria. Dominasi kriteria
yang digunakan adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking (Brans
et. al., 1986). Metode Promethee termasuk ke dalam kelompok pemecahan masalah Multi
Criteria Decision Making (MCDM) atau pengambilan keputusan kriteria majemuk
yang merupakan disiplin ilmu yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
atas suatu masalah yang memiliki lebih dari satu kriteria (multikriteria).
Menurut Brans dan Mareschal (1999), Promethee yang merupakan singkatan dari
Preference Ranking Organization Methods for Enrichment Evaluations adalah
metode outranking yang menawarkan cara yang fleksibel dan sederhana
kepada user (pembuat keputusan) untuk menganalisis masalah-masalah
multikriteria. Promethee termasuk dalam keluarga dari metode outranking yang
dikembangkan oleh B. Roy (dalam Brans et. al, 1999), dan meliputi dua fase: 1).
Membangun hubungan outranking dari K, dimana K adalah sejumlah kumpulan
alternatif dan 2). Eksploitasi dari hubungan ini memberikan jawaban optimasi
kriteria dalam paradigma permasalahan multikriteria. Dalam fase pertama, nilai
hubungan outranking berdasarkan pertimbangan dominasi masing-masing
kriteria. Indeks preferensi ditentukan dan nilai outranking
secara grafis disajikan berdasarkan preferensi dari pembuat keputusan.
d. Metode
yang lain adalah Technique
for Order Preference by Similarity to Ideal Solution. TOPSIS adalah
salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali
diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang tahun 1981 (Olson, 2004) . TOPSIS didasarkan
pada konsep dimana alternatif yang terpilih atau terbaik tidak hanya mempunyai
jarak terdekat dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terjauh
dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak
Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif
dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari
seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi
negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap
atribut.
TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan
jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap
solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya,
susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan pada
beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan secara
praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya
efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari
alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana.
e. Metode ME-MCDM (Multi Expert Multi Criteria
Decision Making) merupakan suatu metode pengambilan keputusan dengan berbagai
macam kriteria yang disediakan untuk mencari alternatif paling baik berdasarkan
pendapt para expert yang tertuang dalam bentuk non-numeric (secara kualitatif)
terhadap situasi yang dihadapi. Menurut Yager (1993) yang menjadi masalah utama
pada metode ME-MCDM adalah proses agregasi yang terletak diantara dua kasus
ekstrim, yaitu situasi saat semua kriteria dipenuhi (disebut dengan operator
“dan”) dan situasi saat kriteria hanya memenuhi salah satu pihak (disebut
operator “atau”). Yager (1993) merumuskan tahap re-ordering saat suatu
argumen tidak dikaitkan dengan suatu pembobot, tetapi pembobot dikaitkan dengan
suatu posisi urutan argumen tertentu.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar